Minggu, September 30, 2007

Dengan Pisah Kita Mengerti Jumpa

Suasana bandara internasional itu seperti sunyi. Diam yang penuh makna. Meski ribuan orang lalu lalang kesana-kemari. Meski suara gaduh terdengar disana sini.

Dalam raut wajahnya ada kebahagiaan sekaligus kesedihan yang dalam. Bahagia karena beberapa jam lagi kaki dia sudah menginjak bumi sendiri, setelah lima tahunan dia terpental di bumi Pyramida ini. Dan sedih karena dalam kebahagian itu ada satu tragedi penikaman. Bukan manusia, tapi tetautan emosional yang sangat erat; persahabatan.

Sejak 2002 kita sudah saling tertaut dalam satu nama; Nel-Daroyn. Tepatnya sebelum kita berangkat ke Kairo, ketika kita masih sama-sama digembleng di salah satu tempat di sudut Jakarta; Ceger. Dan sampai sekarang persahabatan itu masih seperti ranting dan daun. Saling menyatu. Atau seperti buah dan biji. Yang benar-benar satu.

Dalam waktu yang buram dan terang kita sering bersama. Dalam ruang yang sempit dan longgar kita sering bercengkrama. Juga pada setiap musim sering kita sama-sama melempar hayal kita lepas begitu saja. Dan akhirnya “kapan kita pulang ya?” keluar begitu saja. Dan kita sama-sama tertawa hambar karena rindu akan pulang itu terbiarkan begitu saja kering. Tidak setiap rindu kita harus meluapkannya, tapi kadang rindu itu terpaksa harus kita bunuh untuk hal-hal tertentu.

Persahabatan amat perlu bagi siapapun dan kapan saja. Kata Aristoteles. Disaat kita susah, disaat kita senang kadang sahabatlah orang yang paling paham akan diri kita. Meski kita punya saudara sedarah sering kita merasa pada sahabatla kita merasa teduh dari terik kehidupan yang kita hadapi.

Dalam pamitnya ada senyum yang mengambang dan penuh teka-teki. Antara senang dan bahagia. Antara pisah dan terus bersama. Tidak ada air mata pada matanya yang berkaca. Tapi aku berani memastikan meski mata tidak leleh hatinya luluh dan runtuh ketika lambaian terakhir dia angkat. Lambaian tragedi untuk sebuah persahabatan.

Dia harus pulang dan aku harus masih di sini memunggut sisa waktu yang masih tanda tanya. Dia harus pergi dan aku harus masih di sini menanti papan penggumuman itu nempel untuk yang kesekian kali. Dia harus hilang dari mesir. Dan itu artinya kita harus berpisah untuk sementara dan mungkin selamanya.

Pisah kadang perlu. Dan persahabatan akan tampak lebih erat oleh pisah.


Ariel, Riani, Zafran, Ian dan Genta sudah tujuh tahun menjalin persahabatan. Tapi pada suatu waktu mereka seperti ada kejenuhan. Seperti ada yang hilang diantara mereka. Tulis Donny Dhirgantoro dalam novelnya yang berjudul 5 cm. Mereka berlima akhirnya memutuskan untuk berpisah selama tiga bulan. Mereka sepakat. Dan pada 14 agustus semuanya kumpul kembali di puncak gunung pulau jawa; mahameru. Mereka merayakan reuni. Dan menemukan kembali arti sebuah persahabatan. Persahabatan mereka seperti awal sebelum datang kejenuhan. Dan dari perpisahan mereka justru menemukan arti pertemuan. Persahabatan yang menggetarkan.

Warso Winata namanya. Dia dari Cirebon. Sahabatku itu akan pulang hari ini. Balik kenegeri. Meski persahabatan kita seperti daun dan ranting atau buah dan isi, tapi kita sama-sama sadar, suatu waktu daun itu akan runtuh, isi itu akan pisah oleh musim. Dan kita sama-sama sadar mugkin disebalik musim itu akan bersemi kuncup-kuncup persahabatan yang indah.


Suasana bandara itu seperti sunyi. Dan dalam raut wajahnya ada kebahagiaan sekaligus kesedihan. Dia melambaikan tangan dan akupun melambai. Dalam diam aku berucap SELAMAT JALAN KAWAN.

Kairo Lorong Sepuluh, 01/10/2007

3 komentar:

Farlowe mengatakan...

kalau seandainya Om warso ngebaca tulisan ini, kira kira dia takut ato malah terharu?

kira2.... humm apa yah? :-?

Anonim mengatakan...

huehueh...mungkin puluhan taun kedepan kayaknya dia bakal baca ini,soalnya orang lapangan mah ngga punya cukup waktu buat ngobrol di dunia virtual...:D itu juga kalo blog ndal ndul ini masih aktif.

btw, big hug lah buat warso

Anonim mengatakan...

Karim : Gondrong, Sangar dan Gagah Berani, tapi. Luluh pada perpisahan dengan sahabat karibnya...

Gelek : maksutmu mbok kiro karim homo? gak jelas...! ^^