Rabu, September 05, 2007

Selamat Jalan Kenangan

Dia aku anggap sahabat sekaligus adik karena umurnya yang lebih muda dari aku. Banyak masalah yang dihadapinya tiga bulan terakhir ini, tapi yang telihat jelas dari bahasa mukanya hanya satu; bahwa dia kalah lagi ditahun ini. Dua tahun dulu dia sudah pernah kalah dalam judul yang sama yaitu kuliah. Meski begitu kekuatan untuk melawan waktu itu masih tidak tampak kusut seperti sekarang.


Beberapa minggu setelah penggumuman ujian turun ada perubahan yang mencolok dari wajah biasanya. Wajah yang biasanya ceria berubah kelam, seperti tidak akan ada lagi matahari yang datang bersinar. Wajah yang biasanya banyak tertawa berubah murka seperti tidak ada lagi harapan. Wajah yang biasanya renyah bicara berubah diam yang memendam berjuta kata. Ada perubahan pada dia.

Antara TERUS atau PULANG yang harus dia pilih, tidak ada alternatif ketiga untuk menjembatani dua pilihan yang bertolakbelakang itu. Dia sudah terlalu kalah dan murung, juga pesimis untuk bisa memilih jawaban yang tapat; jawaban untuk masa depan dia juga harapan Ibu Bapaknya. Pilihanpun diserahkan Ibu Bapaknya dan akhirnya "Ya sudah nak secepatnya kamu pulang, diteruskan saja kuliahnya di Indonesia". diapun mengiyakan pilihan orang tuanya itu, simbol anak yang penurut dan patuh, meski dalam jiwanya sebenarnya masih ada sisa kekuatan untuk masih bisa melawan. Meski dalam benaknya masih ada kesadaran untuk bisa memilih antara TERUS atau PULANG. Meski dalam kegamangannya masih ada keyakinan untuk masih bisa mengatakan bahwa dia bisa. Tapi dia kalah, ya kalah untuk yang kesekian kalinya.....

MESKI KAU KALAH*

MESKI kau kalah
kau adalah masa depan yang dari
setiap desir angin kau harus belajar
kenapa daun gugur disaat musim

MESKI kau kalah
engkaulah yang suatu waktu
harus melawan debur ombak
dan badai yang menampar mukamu

MESKI kau kalah
siapa yang bisa merebut jiwamu
bukankah kau sendiri yang tau
lalu pada siapa kau harus meronta

MESKI kau kalah
aku berani memastikan masih ada sisa untuk
melawan pada setiap desis nafasmu
bukankah malam selalu menyisahkan misteri

hidup ini terjal
terlalu remeh untuk kau menyesal
dan itu kekalahan bukan?

Kairo, 05/09/2007

*Sederet kata untuk kau Ana

Tidak ada komentar: